Agama dan Perubahan Sosial


 Jika Anda ingin makalah yang lengkap dalam format Microsoft Word silahkan download disini.

Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat adkodrati (supernatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia sebagai orang per orang maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari. Dengan demikian secara psikologis agama dapat berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam diri) dan motif ekstrinsik (luar diri).
Dan motif yang didorong keyakinan agama dinilai memiliki kekuatan yang mengagumkan dan sulit ditandingi oleh keyakinan non agama baik dokrin maupun idiologis yang bersifat profan. Agama memang unik, sehingga sulit didefinisikan secara tepat dan memuaskan.

A.     AGAMA DAN KEHIDUPAN INDIVIDUAL
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.
Menurut pandangan Mc. Guire dalam membentuk sistem nilai dalam diri individu adalah agama segala bentuk simbol-simbol keagamaan, mukjizat, magis, maupun upacara ritual sangat berperan dalam proses pembentukan sistem nilai dalam diri seseorang. Setelah terbentuk, maka seseorang serta merta mampu menggunakan sistem nilai ini dalam memahami, mengevaluasi, serta menafsirkan situasi dan pengalaman. Dengan kata lain sistem nilai yang dimilikinya terwujud dalam bentuk norma-norma tentang bagaimana sikap diri.
Nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang. Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya terhadap individu baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai pembentuk kata hati.
Pada diri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan manusia. Potensi tersebut antara lain :
1.      Hidayat Al qhaziyyat (naluriah)
2.      Hidayat Al hissyyat (indrawi)
3.      Hidayat Al aqliyyat (nalar)
4.      Hidayat Al dinniyyat (agama)

Melalui pendekatan ini, maka agama sudah menjadi potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. Berdasarkan pendekatan ini, maka pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan.
Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya.
Sebaliknya, agama juga sebagai pemberi harapan bagi pelakunya, dimana seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang ghaib (supernatural).

B.     FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu. Bentuk ikatan agama dan masyarakat baik dalam bentuk organisasi maupun fungsi agama, maka yang jelas dalam setiap masyarakat agama masih tetap memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat. Agama sebagai anutan masyarakat, terlihat masih berfungsi sebagai pedoman yang dijadikan sebagai sumber untuk mengatur norma-norma kehidupan.
Masalah agama tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain :
1.      Berfungsi Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur tersebut mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.
2.      Berfungsi Penyelamat
Keselamatan yang diajarkan oleh agama adalah keselamatan yang meliputi bidang luas. Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan para penganutnya melalui : pengenalan kepada masalah sakral berupa keimanan kepada Tuhan.
3.      Berfungsi Sebagai Pendamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah/berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian ataupun penebusan dosa.


4.      Berfungsi Sebagai Social Control
Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan social secara individu maupun kelompok karena :
a.       Agama secara instansi, merupakan norma bagi pengikutnya.
b.      Agama secara ajaran mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu, kenabian).
5.      Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas
6.      Berfungsi Tranformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang/kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadang kala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.
7.      Berfungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.


8.      Berfungsi Sublimatif
Ajaran agama mengfokuskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat ukhawi melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus karena dan untuk Allah merupakan ibadah.

C.     AGAMA DAN PEMBANGUNAN
Prof. Dr. Mukti Ali mengemukakan bahwa peranan agama dalam pembangunan adalah :
1.      Sebagai Etos Pembangunan
Maksudnya adalah bahwa agama yang menjadi anutan seseorang/masyarakat jika diyakini dan dihayati secara mendalam mampu memberikan suatu tatanan nilai moral dalam sikap. Segala bentuk perbuatan individu maupun masyarakat selalu berada dalam suatu garis yang serasi dengan peraturan dan aturan agama dan akhirnya akan terbina suatu kebiasaan yang agamis.
2.      Sebagai Motivasi
Ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang/kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik. Pengalaman ajaran agama tercermin dari pribadi yang berpartisipasi dalam peningkatan mutu kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang berlebihan.
Sumbangan harta dan milik untuk kepentingan masyarakat yang berlandaskan ganjaran keagamaan telah banyak dinikmati dalam pembangunan misalnya :
1)      Hibah dan wakaf tanah untuk pembangunan sarana ibadah, lembaga pendidikan.
2)      Dana yang dipakai untuk pembangunan lembaga pendidikan dan rumah-rumah ibadah, rumah sakit, panti asuhan dan sebagainya.
3)      Pengerahan tenaga yang terkoordinasi oleh pemuka agama dalam membina kegotong royongan.

1 komentar: