Dinasti Abbasiyah


 Jika Anda ingin makalah yang lengkap dalam format Microsoft Word silahkan download disini.

 A.     KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH
Dalam rentangan sejarah, tampilnya Daulah Abbasiyah sebagai pemegang kekhalifahan yang menggantikan Daulah Umayyah, membawa corak baru dalam budaya Islam, terutama dalam bidang pendidikan. Dinasti ini mulai berkuasa semenjak tahun 132 H/ 750 M sampai dengan 656 H/ 1258 M.
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.

Pada permulaan masa Abbasiyah, pendidikan dan pengajaran berkembang amat pesat di seluruh negara Islam sehingga lahirlah sekolah-sekolah yang tak terhitung banyaknya, tersebar dari kota-kota sampai desa-desa.
Seiring dengan perjalanan waktu dan adanya pergantian khalifah dari satu khalifah ke khalifah berikutnya, pendidikan Islam mulai mengalami kemunduran.
Daulah Abbasiyah jatuh pada tahun 1258 M dianggap berakhirnya zaman keemasan Islam. Kehancuran Daulah Abbasiyah tidaklah semata-mata disebabkan oleh serangan bangsa Mongol saja, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang menjadi akar kemunduran dinasti ini.
1.      Faktor Internal
Faktor internal kemunduran dinasti Abbasiyah adalah faktor yang berasal dari dalam pemerintahan Islam itu sendiri.
a.       Konflik Internal Keluarga Istana
Perebutan kekuasaan di kalangan anak-anak khalifah sering membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan mereka sendiri, bahkan menjurus kepada persaingan antarbangsa. Konflik keluarga yang terjadi antaranak khalifah pada masa bani Buwaih membawa kehancuran dan kemunduran mereka.
b.      Tampilnya Dominasi Militer
Pada masa khalifah Al Mu’tasim banyak direkrut jajaran militer dari budak-budak Turki. Dan terkadang golongan elit dari mereka diangkat menjadi gubernur di beberapa wilayah dinasti Abbasiyah.
Dalam perkembangannya kemudian, militer ini secara perlahan membangun kekuatan dalam daulah. Mereka secara perlahan mengendalikan jalannya administrasi pemerintahan Daulah Abbasiyah. Hal ini memang didukung dengan tampilnya khalifah-khalifah Abbasiyah yang lemah sehingga tidak mampu mengimbangi kekuatan militer yang semakin berkuasa.
Lemahnya khalifah memberi peluang tentara profesional asal Turki untuk mengambil alih pemerintahan. Di samping itu juga, ketergantungan khalifah pada tentara bayaran.
c.       Permasalahan Keuangan
Dalam bidang keuangan dinasti Abbasiyah juga mengalami kemunduran yang bersamaan dengan bidang politik.
Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah dari para pendahulunya, kehidupan khalifah ditiru oleh hartawan dan anak-anak pejabat, kecenderungan itu ditambah dengan kelemahan khalifah dan faktor lain yang menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin.
d.      Berdirinya Dinasti-Dinasti Kecil
Karena pemerintahan khalifah yang lemah banyak muncul pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah yang ingin membentuk dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari bani Abbasiyah, yang semuanya ingin memerdekakan diri dari Daulah Abbasiyah.
e.       Luasnya Wilayah
Luasnya wilayah yang harus dikendalikan, merupakan suatu penyebab lambatnya penyampaian informasi dan komunikasi. Ini semua bukan tidak dapat diatasi, tetapi suatu syarat untuk menyatukan suatu wilayah yang sangat luas, ialah harus ada suatu tingkat saling percaya yang tinggal di kalangan penguasa-penguasa utama dan para pelaksana pemerintahan. Di dunia Islam abad ke-10 kepercayaan seperti ini sudah berkurang, dan syariat tidak pernah diterpakan dalam hubungan antara para menteri dan pejabat tinggi satu sama lain dan kepada khalifah.



f.        Fanatisme Keagamaan
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas antar muslim dan Zindig atau Ahlusunnah dengan Syi’ah tetapi juga aliran-aliran dalam Islam, sehingga Mu’tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh golongan Salaf. Perselisihan ini dipertajam oleh Al Makmun khalifah yang ketujuh dari dinasti Abbasiyah.
Hal tersebut tampak pada pertentangan kalangan Mu’tazilah dan Salaf. Mu’tazilah didukung oleh khalifah Al Makmun dan menjadikan Mu’tazilah sebagai mazhab resmi negara. Dan juga menerapkan Almihnah. Dan akhirnya Mu’tazilah dibatalkan oleh khalifah yang terakhir.

2.       Faktor Eksternal
a.       Perang Salib
Terjadinya Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode yang menelan banyak korban. Perang Salib merupakan simbol perang agama yang timbul atas ketidaksenangan komunitas Kristen terhadap perkembangan Islam di Eropa.
b.      Serangan Tentara Mongol
Dalam serangan Mongol yang terjadi selama 40 hari dimulai dari bulan Muharram sampai pertengahan Safar telah memakan korban sebanyak 2 juta jiwa. Khalifah Al Mu’tashim Billah bersama putra-putranya dibunuh oleh tentara Mongol. Segala kitab-kitab, imam-imam dan pembaca-pembaca (Qari’ul Qur’an) semuanya disapu habis, sehingga berbulan-bulan lamanya masjid-masjid kosong.

B.     KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN DUNIA ISLAM
Pada umumnya para sejarahwan menetapkan bahwa kejatuhan Baghdad di Timur (1258 M) dan Cordoba di Barat (1236 M) sebagai awal periode kemunduran itu. Masa kemunduran di sini dengan konotasi kemunduran pendidikan yang ditandai kemunduran intelektual. Dengan kehancuran dinasti Abbasiyah yang disebabkan oleh berbagai faktor, telah menunjukkan bahwa dalam dunia Islam telah terjadi zaman kemunduran. Dalam sejarah panjang dunia Islam terlihat dua pola yang saling berlomba mengembangkan diri dan memiliki pengaruh yang besar dalam pengembangan pola pendidikan umat Islam sekarang.
Kehancuran kota-kota pendidikan dan kebudayaan Islam yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi pendidikan Islam dan melemahnya pemikiran Islam yang disebabkan antara lain :
1.      Telah Berlebihannya Filsafat Islam (yang bersifat sufistik)
Kehidupan sufi berkembang dengan cepat. Keadaan frustasi yang merata di kalangan umat Islam yang menyebabkan manusia yang kembali pada Tuhan (bukan hanya sekedar dalam hidup yang fatalistis) dalam arti yang sebenarnya, bersatu dengan Tuhan, sebagaimana yang diajarkan oleh para sufi. Berbagai sistem riabel dan jalan-jalan atau cara-cara tertentu yang dikembangkan untuk menuntun seseorang yang dikenal dengan istilah tarekat. Sedangkan ilmu yang lain tidak termasuk dalam pengajarannya.
2.      Sedikitnya Kurikulum Islam
Kemunduran dan kemerosotan mutu pendidikan dan pengajaran pada masa ini tampak jelas dengan sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran umumnya pada madrasah-madrasah yang ada dengan menyempitnya bidang pengetahuan umum.
Materi pelajaran yang sangat sederhana, yang ternyata dari jumlah total dari jumlah buku yang harus dipelajari pada suatu tingkatan sangat sedikit. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi relatif singkat, akibat lanjutnya kurang mendalami materi pelajaran. Sehingga kemerosotan dan kemunduran ilmu pengetahuan para pelajarnya pun dapat kita bayangkan hal tersebut. Karena sistem pelajaran masa itu berorientasi pada buku pelajaran dengan kurikulum yang sangat sempit.
3.      Tertutupnya Pintu Ijtihad
Pada masa kemunduran ini, pintu ijtihad sudah mulai dianggap tertutup yang disebabkan keruntuhan kota-kota pendidikan Islam, sehingga pelaksanaan pendidikan Islam sudah banyak dilaksanakan di rumah-rumah para ulama yang berakibatkan madrasah-madrasah kurang berfungsi.
Kehancuran di bidang pendidikan berdampak semakin ditinggalkannya pendidikan intelektual, maka semakin statis kebudayaan Islam karena daya intelektual generasi penerus tidak mampu mengadakan kreasi-kreasi budaya baru, bahkan ketidakmampuannya untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan perkembangan zaman.

0 komentar:

:f :D :) ;;) :x :$ x( :? :@ :~ :| :)) :( :s :(( :o

Posting Komentar